Friday, December 14, 2012

MAGISNYA RIBUAN LAMPION DI BAWAH CAHAYA PURNAMA



Perayaan Tri Suci Waisak kali pertama diselenggarakan di pelataran Candi Borobudur pada tahun 1953 atas prakarsa Mahabiksu Ashin Jinarakkhita, orang Indonesia pertama yang menjadi Bhikkhu sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit. Selama 59 tahun, ritual keagamaan untuk memperingati hari kelahiran, pencapaian kesempurnaan dan wafatnya Siddharta Gautama yang jatuh saat bulan Purnama Siddhi ini terus menarik minat umat Buddha dan belakangan dari seluruh penjuru dunia.


Detik - detik Tri Suci Waisak 2556 (6/5) dilaksanakan pada pukul 10:34:49 di Candi Mendut. Prosesi ritual kemudian dilanjutkan dengan Pawai Puja Bakti, dimana ribuan umat Buddha dari berbagai Sangha berjalan kaki mengantarkan api berkah dan air suci menuju Candi Borobudur yang berjarak 3 km dari Candi Mendut.


Hujan yang turun sejak siang hari tak menyurutkan niat umat Buddha dari berbagai Vihara untuk mengikuti prosesi puncak upacara Tri Suci Waisak di pelataran Candi Borobudur pada malam harinya. Bhikkhu Lung Po Liam mengajak para Bhikku dan Bhikkuni serta seluruh umat untuk melakukan doa dan meditasi, memohon agar hujan dipindahkan ke tempat lain. Getaran doa suci menghentikan hujan beberapa menit kemudian. Bulan purnama yang tertutup awan gelap mulai memancarkan cahayanya. Sungguh peristiwa yang menggetarkan hati, tak sadar air mata menetes menyaksikan keajaiban yang baru saja terjadi.

Prosesi berikutnya adalah Ritual Pradaksina atau berjalan searah jarum jam mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Cahaya lilin yang dibawa umat saat ritual ini semakin menambah suasana khidmat.


Pelepasan lampion perdamaian menutup rangkaian Perayaan Tri Suci Waisak. Inilah salah satu acara yang paling dinantikan. Seribu lampion kertas beterbangan memenuhi langit Borobudur, membawa serta ribuan doa dan harapan yang dipanjatkan baik oleh umat Buddha maupun pengunjung umum.

Ada yang menarik Perayaan Tri Suci Waisak tahun ini. Wisatawan yang datang nampak bertambah dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebagian besar tampil begitu stylish. Berani taruhan, wajah – wajah baru ini pasti datang setelah menonton film Arisan 2 karya Nia Dinata. Syuting film yang dilaksanakan pada saat Waisak tahun lalu rupanya begitu menghipnotis penonton, mengantarkan mereka untuk merasakan sendiri pengalaman magis dan sakral di Borobudur.


Tips : Selama ini ada saja wisatawan atau fotografer yang sangat tidak sopan dan  mengganggu prosesi ritual. Mereka berlalu lalang serta mengambil gambar dengan lampu flash yang menyilaukan dari jarak yang amat dekat saat umat maupun Bikkhu/Bikkhuni sdang khusyuk bermeditasi atau berdoa. Percuma memiliki kamera dan tehnik yang canggih namun melupakan toleransi dan etika. Jika anda bukan penganut agama Buddha, jadilah tamu yang santun saat Perayaan Tri Suci Waisak di Borobudur.

KRIYA RIK ROK, PENSIL GAUL ANTI BORING



Tak terlalu jauh dari Candi Pawon yang letaknya tepat di sumbu garis penghubung Candi Mendut dan Candi Borobudur, anda bisa mampir ke Kriya Rik Rok di desa Wanurejo. Mungkin inilah salah satu tempat pembuatan cinderamata khas pedesaan Borobudur. Asal tahu saja, dari 120 jenis kerajinan yang dijual oleh para pedagang di kompleks wisata Candi Borobudur, hanya ada 6 kerajinan yang merupakan karya asli dari penduduk sekitar.


Berbagai cinderamata unik seperti gantungan kunci, bolpoin, serta mainan dan patung – patung kayu yang berukuran kecil bisa anda dapatkan disini. Tapi yang paling khas adalah ‘pensil gaul’ yang terbuat dari Pohon Nyamplung (Calophyllum inophyllum)  serta bahan – bahan ramah lingkungan lain seperti sisa akar wangi, pelepah pisang dan kain perca. Bagian ujung atas ‘pensil gaul’ ini berhiaskan boneka kecil dengan bermacam karakter, misalnya gadis bali dan gadis jawa yang terlihat cantik dengan rambut panjang dan kostum warna – warni.


Tips : Cukup dengan tiga ribu rupiah, anda bisa menghias dan membawa pulang pensil gaul hasil kreasi sendiri, lho!

KRIYA KAYU RIK ROK
Jl. Umbul Tirto No. 1, Wanurejo, Borobudur
Tel : Bapak Purwanto (08122779184)
Email : tingal_art@yahoo.com

KLIPOH, DESA PARA SENIMAN GERABAH



Desa Klipoh merupakan sentra pembuatan gerabah di Kabupaten Magelang. Tak heran jika sejak pagi anda dapat menyaksikan aktifitas warga yang sibuk memutar perbot yang berfungsi untuk membentuk tanah liat menjadi gerabah. Tiap rumah rata – rata juga memiliki gubug penuh dengan jerami yang dipakai untuk membakar gerabah setelah melalui proses penjemuran. Tak ada alat – alat modern, semuanya tradisional.

Di Workshop Gerabah Arum Art milik Bapak Supoyo, anda bisa belajar membuat gerabah dengan bermacam – macam bentuk seperti asbak, mangkok, ataupun miniatur candi. Walaupun terlihat mudah, ternyata membuat gerabah memang butuh tehnik khusus. Meski gagal bergaya luwes seperti Demi Moore di film ‘Ghost’, tapi tentu anda akan merasa bangga melihat gerabah buatan sendiri!

Tips : Setelah belajar membuat gerabah, berikan tip 10 – 15 ribu rupiah untuk pelatih anda. Jika anda menginap, gerabah bisa diambil di hari berikutnya tanpa perlu membayar lagi. Jika tidak, minta saja untuk dikirim ke alamat anda. Jangan lupa bayar biaya posnya, ya.

GERABAH ARUM ART
Desa Klipoh, Banjaran I, Borobudur
Tel : Bapak Supoyo (085927452946)

SUNRISE VIEW DARI PUNTHUK SETUMBU


Perbukitan Menoreh memiliki beberapa spot favorit bagi pecinta sunrise dan fotografi. Selain Puncak Suroloyo, Punthuk Setumbu juga bisa dijadikan pilihan. Menahan kantuk dan dingin, pukul empat pagi kami berangkat menuju Punthuk Setumbu. Bukit yang berada di desa Karangrejo hanya berjarak 2 km dari desa Bumisegoro.


Setelah memarkir kendaraan kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati jalan setapak yang cukup terjal ke puncak bukit selama kurang lebih 25 menit. Saya jadi seperti salah kostum karena heboh dengan jaket tebal dan syal, yang ada sepanjang jalan mengeluh kepanasan, hehe. Sampai puncak, ternyata ada pasukan yang lebih dulu siap tempur, nih :)


Kami kurang beruntung pagi itu, cuaca mendung dan kabut cukup tebal. Namun tak ada penyesalan sama sekali saat cahaya matahari mulai muncul sedikit dari balik awan. Sebuah pemandangan spektakuler terhampar di depan mata. Candi Borobudur terlihat diantara rimbunnya pepohonan dan kabut. Resapi panorama itu, rasanya seperti masuk dalam mesin waktu dan mundur ke beberapa abad lalu. Truly magical!


Harusnya kami nih yang main film 5cm :(

foto oleh : Dony Alfan

Tips : Bawa air mineral,jas hujan jika datang di musim hujan [dan sebaiknya jangan datang pas musim hujan sih] dan jangan lupa memasukkan uang sekedarnya di kotak sumbangan ketika turun.

KAMPUNG HOMESTAY BUMISEGORO



Jika ingin puas mengeksplor desa – desa yang mengitari Candi Borobudur, alih – alih menginap di hotel, saya sarankan untuk menginap di Kampung Homestay Bumisegoro. Sejak tahun 2009, desa tua yang terletak di belakang kompleks Candi Borobudur ini masuk dalam desa tujuan wisata yang digulirkan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.




Desa Bumisegoro tidak dapat dilepaskan dari sejarah Candi Borobudur. Di desa inilah H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda utusan Gubernur Jenderal Thomas Raffles pertama kali menemukan candi besar yang sebagian bangunannya terkubur di atas Bukit Borobudur. Sepanjang mata memandang, anda akan disuguhi hijaunya deretan Perbukitan, areal persawahan luas, para petani yang sibuk bekerja dan keindahan puncak stupa Candi Borobudur yang terlihat di sela – sela pepohonan rindang. 


Di desa ini terdapat sekitar 33 rumah yang dijadikan homestay. Tenang saja. Walaupun terkesan sederhana, namun rata – rata homestay terjaga kebersihan kamar mandi dan kamar tidurnya. Karena tinggal dalam satu rumah, anda wajib membaur dengan pemilik homestay. Saya bersama dua orang kawan asal Jakarta dan New York menginap di homestay Kemuning milik Bapak Munawir bersama istrinya yang begitu ramah menyambut kami. Seperti inilah suasana asli pedesaan yang tenang, hangat dan bersahabat.

Tips : Anda bisa minta tolong pemilik homestay untuk dicarikan sewa motor agar leluasa mengelilingi desa – desa tua di sekitar Bumisegoro. Biayanya cukup murah, hanya 25 – 30 ribu rupiah.

KAMPUNG HOMESTAY BUMISEGORO
Rate : 120 ribu – 150 ribu/malam. 1 kamar bisa diisi dua orang
Tel : Bapak Subkhan (083867619116)