Perayaan
Tri Suci Waisak kali pertama diselenggarakan di pelataran Candi Borobudur pada
tahun 1953 atas prakarsa Mahabiksu Ashin Jinarakkhita, orang Indonesia pertama
yang menjadi Bhikkhu sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit. Selama 59 tahun,
ritual keagamaan untuk memperingati hari kelahiran, pencapaian kesempurnaan dan
wafatnya Siddharta Gautama yang jatuh saat bulan Purnama Siddhi ini terus menarik
minat umat Buddha dan belakangan dari seluruh penjuru dunia.
Detik
- detik Tri Suci Waisak 2556 (6/5) dilaksanakan pada
pukul 10:34:49 di Candi Mendut. Prosesi ritual kemudian dilanjutkan dengan Pawai
Puja Bakti, dimana ribuan umat Buddha dari berbagai Sangha berjalan kaki mengantarkan api berkah dan air suci menuju
Candi Borobudur yang berjarak 3 km dari Candi Mendut.
Hujan yang turun sejak siang hari tak menyurutkan niat umat
Buddha dari berbagai Vihara untuk mengikuti prosesi puncak upacara Tri Suci
Waisak di pelataran Candi Borobudur pada malam harinya. Bhikkhu Lung Po Liam mengajak para Bhikku dan Bhikkuni serta
seluruh umat untuk melakukan doa dan meditasi, memohon agar hujan dipindahkan
ke tempat lain. Getaran doa suci menghentikan hujan beberapa menit kemudian.
Bulan purnama yang tertutup awan gelap mulai memancarkan cahayanya. Sungguh
peristiwa yang menggetarkan hati, tak sadar air mata menetes menyaksikan keajaiban
yang baru saja terjadi.
Prosesi berikutnya adalah Ritual Pradaksina atau berjalan searah jarum jam mengelilingi
Candi Borobudur sebanyak tiga kali. Cahaya lilin yang dibawa umat saat ritual
ini semakin menambah suasana khidmat.
Pelepasan lampion perdamaian menutup rangkaian Perayaan Tri
Suci Waisak. Inilah salah satu acara yang paling dinantikan. Seribu lampion
kertas beterbangan memenuhi langit Borobudur, membawa serta ribuan doa dan
harapan yang dipanjatkan baik oleh umat Buddha maupun pengunjung umum.
Ada yang menarik Perayaan Tri Suci Waisak tahun ini. Wisatawan yang datang nampak bertambah dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Sebagian besar tampil begitu stylish. Berani taruhan, wajah – wajah baru ini
pasti datang setelah menonton film Arisan 2 karya Nia Dinata. Syuting film yang
dilaksanakan pada saat Waisak tahun lalu rupanya begitu menghipnotis penonton,
mengantarkan mereka untuk merasakan sendiri pengalaman magis dan sakral di
Borobudur.
Tips : Selama ini ada saja wisatawan atau fotografer yang sangat
tidak sopan dan mengganggu prosesi
ritual. Mereka berlalu lalang serta mengambil gambar dengan lampu flash yang
menyilaukan dari jarak yang amat dekat saat umat maupun Bikkhu/Bikkhuni sdang
khusyuk bermeditasi atau berdoa. Percuma memiliki kamera dan tehnik yang
canggih namun melupakan toleransi dan etika. Jika anda bukan penganut agama
Buddha, jadilah tamu yang santun saat Perayaan Tri Suci Waisak di Borobudur.
0 comments:
Post a Comment