Suatu hari
Nona Tria menulis tentang
Tukang Surat di akun facebooknya. Sebuah tumblr yang kontennya unik. Menyebarkan
positive vibes lewat dunia maya,
Tukang Surat mengajak kita untuk kembali pada sebuah kegiatan dimana gadget belum canggih seperti sekarang.
Gue rasa jika besar di tahun 90-an, surat - menyurat seharusnya bukan menjadi hal yang asing. At least sekali atau dua kali, pasti kita pernah menulis surat, mengirimkannya lewat pos, berharap cemas apakah surat kita sampai dengan selamat dan akankah dibalas oleh si penerima.
Dulu gue rajin menulis surat untuk bokap yang jarang di rumah. Surat, kartu pos dan perangko dari beberapa negara rajin dikirimnya ke rumah. Pernah juga iseng menulis surat ke Liverpool, tak disangka mendapatkan sebuah paket berisi poster pemain Liverpool semasa Michael Owen remaja dan buklet mengenai tata cara menjadi anggota Liverpool FC. Yang paling sial adalah gue mengirim surat pada Anjasmara, dan tidak dibalas. Kampret!
Tadi sore sepulang meeting, gue berhenti di kios - kios kecil depan Kantor Pos Besar Solo. Ternyata mereka punya banyak bergambar pemandangan Indonesia yang vintage sekali! Sepertinya kartupos paling baru yang ada disana dicetak tahun 1993. Nah, sekarang gue mau mengulang romantisme masa kecil. Beberapa buah surat dan kartupos siap diantar ke kantor pos, semoga yang menerima senang. Ada yang mau gue kirimin, ndak?
Oh iya, kalau bingung memulainya, coba kirim surat dulu pada Tukang Surat.